top of page
simpang 5 gumul.jpg

Rencana Kawasan
Perkotaan Badas

Karakteristik Kawasan Perkotaan

FISIK ALAM

​

TOPOGRAFI

Secara keseluruhan daerah pada Kawasan Perkotaan Badas tergolong dataran datar sehingga menjadi potensi dalam kemudahan pembangunan dan pengembangan kawasan perkotaan

JENIS TANAH

Jenis tanah pada kawasan perkotaan Badas didominasi oleh tanah Kambisol dengan luas 1587.67 Ha, diikuti dengan jenis tanah Regosol dengan luas 51,14 Ha dan tanah Gleisol dengan luas 15,03 Ha

JENIS BATU

Kawasan perkotaan Badas didominasi oleh jenis batuan Endapan Lahar dengan luas 1.353,08 Ha, diikuti dengan jenis batuan Aluvial dengan luas 241,96 Ha dan batu Endapan Teras dengan luas 57,12 Ha

KERAWANAN BENCANA

Kawasan Perkotaan Badas sebagian besar berada di daerah dengan tingkat kerawanan bencana menengah. Namun, terdapat beberapa bagian (Desa Tunglur) yang berada pada daerah dengan tingkat kerawanan bencana tinggi

DEMOGRAFI​

JUMLAH PENDUDUK TAHUN 2020

KEPADATAN PENDUDUK

Rata-rata kepadatan penduduk di Kawasan Perkotaan Badas pada tahun 2020 adalah 2.157 jiwa/km2

MATA PENCAHARIAN PENDUDUK

Mayoritas penduduk di Kawasan Perkotaan Badas bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 7.222  jiwa dan petani sebanyak 3.899 jiwa

PROYEKSI PENDUDUK

 Berdasarkan proyeksi dengan metode geometrik, Jumlah penduduk tahun 2040 adalah sebesar 77.140  jiwa atau naik signifikan sekitar 107 % bila dibandingkan dengan jumlah penduduk tahun 2020

Sistem Keruangan Kawasan Perkotaan Badas

PENGGUNAAN LAHAN

Guna lahan kawasan perkotaan diklasifikasikan sesuai peraturan Kementerian ATR/BPN mengenai jenis-jenis penggunaan tanah perkotaan sehingga dihasilkan perkembangan sebagai berikut.

Perubahan terbesar terjadi pada guna lahan tanah non-urban yang berkurang sebanyak 3,96% dan tanah perumahan meningkat sebanyak 1,75%. Perkembangan dari pemukiman cenderung berkembang mengikuti aliran jalan yang ada dan memusat pada bagian selatan.  Selain itu guna lahan tanah industri juga meningkat 0,54% sesuai dengan peruntukan Kecamatan  Badas yang berfokus  pada permukiman  dan  industri.

---------------------------------------------------------------------

Kawasan Perkotaan Badas memiliki berbagai varian penggunaan lahan, namun didominasi oleh lahan pertanian. Hal ini diakibatkan karena lebih banyak penduduk Kabupaten Kediri yang tinggal di daerah perkotaan, seperti Perkotaan Pare dan Perkotaan Ngasem. Pada peta, juga dapat dilihat bahwa terdapat beberapa penggunaan lahan yang ditujukan untuk fasilitas pemerintahan, pendidikan, peribadatan, serta pertanian. Selain itu, terdapat pula penggunaan lahan tambak ikan air tawar, yang menjadi salah satu potensi lokal Perkotaan Badas.

BENTUK KOTA

Perkembangan lahan terbangun di Kawasan perkotaan badas dalam kurun waktu 15 tahun (antara tahun 2006-2021) tidak mengalami perubahan komposisi yang mencolok, sehingga bentuk kawasan perkotaan yang teridentifikasi adalah bentuk kota pada kondisi eksisting. Kawasan Perkotaan Badas diidentifikasi memiliki bentuk kota berupa radial tidak menerus. Bentuk ini memiliki ciri yaitu perkembangan utama kota didominasi oleh ribbon development, yaitu perluasan kota yang tidak merata pada bagian sisi luar, dan perluasan paling cepat terjadi pada sisi jalur transportasi dan sekitar pusat hunian. 

Area lahan terbangun pada Perkotaan Badas tersebar memusat pada pasar, dan pertumbuhannya tidak menerus. Pasar berlokasi di simpang empat jalan sehingga memiliki kemudahan dijangkau dari segala arah. Kondisi tersebut menjadi magnet bagi  tumbuhnya kawasan terbangun.

STRUKTUR KOTA

Perkotaan Badas terdiri dari 10 Bagian Wilayah Perkotaan (BWP) yang diklasifikasikan berdasarkan penggunaan lahan dominan yang dibatasi oleh jaringan jalan

BWP 1

BWP 2

BWP 3

BWP 4

BWP 5

BWP 6

BWP 7

BWP 8

BWP 9

BWP 10

Peruntukan permukiman

Peruntukan perdagangan jasa dan transportasi

Peruntukan pertanian

Peruntukan pertanian dan riset

Peruntukan Industri

Peruntukan pendidikan

Peruntukan Perdagangan jasa

Peruntukan permukiman

Peruntukan pertanian, pendidikan dan perikanan

Peruntukan perikanan dan permukiman

Pada kondisi eksisting, kawasan perkotaan badas memiliki struktur ruang yang berbentuk monocentric. Hal ini dikarenakan pada perkotaan Badas hanya memiliki satu pusat yang terletak di BWP 7 dengan peruntukan kawasan perdagangan jasa

Pusat pelayanan perkotaan badas berada di sebelah selatan Kawasan Perkotaan Badas. Hal ini dikarenakan adanya Pasar Badas dan juga jalan kolektor yang menghubungkan antara Kecamatan Pare dan Kabupaten Jombang sehingga lokasi tersebut memiliki aksesibilitas serta pelayanan yang baik untuk skala kawasan Perkotaan Badas.

BENTUK KEGIATAN DAN JUMLAH FASILITAS

Sistem Aktivitas Masyarakat Kawasan Perkotaan Badas

Elemen Dasar Kota (Ruang)

Kawasan Perkotaan Badas

Jumlah Fasilitas

PERDAGANGAN

284

TOKO

KELONTONG

3

PASAR

1

RUMAH

MAKAN

6

MINIMARKET

PENDIDIKAN

23

TK

17

SD

7

SMP

2

SMA

KESEHATAN

1

PUSKESMAS

6

APOTEK

HUNIAN

5.703

RUMAH

OPEN SPACE

6

TPU

RUANG

TERBUKA

PASIF

RUANG

TERBUKA

KHUSUS

LAPANGAN BOLA

RUANG

TERBUKA

AKTIF

HALAMAN MASJID

RUANG

TERBUKA

KHUSUS

TAMAN RUMAH TINGGAL

SISTEM PERGERAKAN MASYARAKAT

KAWASAN PERKOTAAN BADAS

Hierarki, Kondisi dan Kapasitas Jalan 

Jalan Kolektor, lokal, dan lingkungan di perkotaan Badas menggunakan jenis perkerasan aspal dengan kondisi jalan baik. Semua jalan memiliki tipe lajur 2 arah undivided

Kapasitas Jalan

​

Jalan kolektor di Jln. Patimura Desa Bringin : 195.80 SMP/Jam

Jalan lokal di Jln. Wachid Hasyim, Desa Bringin : 2.968,86 SMP/Jam

Jalan lingkungan di Jln. Mustiko, Desa Bringin : 2.039,59 SMP/Jam.

Moda Transportasi

Desa Lamong didominasi oleh mobil dan sepeda motor dikarenakan penggunanya berskala lokal

​

Desa Bringin, alat transportasi didominasi oleh sepeda motor, mobil pribadi, angkutan umum, dan truk pengangkut

​

Desa Badas yang mendominasi kendaraan pribadi motor dan mobil, selain itu ada kendaraan besar seperti truk hingga mobil pick up

​

Desa Tunglur paling banyak kendaraan bermotor dikarenakan kondisi jalan yang tidak cukup besar.

Hierarki, Kondisi dan Kapasitas Jalan 

  • Kawasan perkotaan Badas masih belum memiliki pedestrian ways

  • Bahu jalan baik pada jalan kolektor maupun jalan lokal masih berupa tanah dan cor

  • Hal ini menunjukkan ketidaksesuaian dengan UU 22/2009 pasal 25, di mana setiap Jalan yang digunakan untuk Lalu Lintas umum wajib dilengkapi dengan fasilitas untuk pejalan kaki

PERMASALAHAN KAWASAN PERKOTAAN BADAS

Isu
Kawasan Perkotaan Badas

Belum optimalnya pembangunan infrastruktur kota yang memadai guna mewujudkan fungsi Kawasan Perkotaan Badas sebagai pusat pengembangan ekonomi pada tahun 2040 

Tujuan

"Terwujudnya Perkotaan Badas sebagai pusat pengembangan ekonomi berbasis keunggulan lokal pada tahun 2040"

Sasaran

  1. Meningkatnya layanan infrastruktur guna menunjang aktivitas masyarakat

  2. Meningkatnya kualitas SDM untuk  pertumbuhan dan pengembangan pertanian

  3. Mewujudkan peran dan fungsi jalan kolektor sebagai jalur distribusi dan perdagangan secara maksimal

  4. Mengembangkan industri pengolahan berbasis potensi dan sumber daya lokal

  5. ​Berkembangnya teknologi ramah lingkungan dalam rangka pengoptimalan lahan pertanian

Konsep Perencanaan Kota

Permukiman Layak Huni (Liveable Settlement)

 

Liveable Settlement merupakan respon atas isu antara berkaitan permukiman yang kurang memperhatikan tata ruang dan kurang mewadahi aktivitas penduduk. Konsep ini merupakan suatu pendekatan guna mewujudkan permukiman layak huni dan nyaman untuk beraktivitas dengan mempertimbangkan aspek fisik (infrastruktur) dan non fisik (sosial, budaya, ekonomi dan lingkungan).

Pengembangan Berbasis Pengetahuan (Knowledge Based Development)

 

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka berkembang pula cara pandang manusia dalam berpikir dan berkreasi. Penerapan pengetahuan informasi dan pengetahuan yang merupakan fondasi dari knowledge-based development yang  menitikberatkan pada menciptakan knowledge-based society, yaitu masyarakat yang berpengetahuan dan berpendidikan.

Pengembangan Commercial Strip

 

Merupakan pengembangan commercial strip dengan memusatkan seluruh aktivitas penggunaan lahan dan segala macam sarana prasarana yang saling mendukung pada area di sekitar jalan. Dengan konsentrasi aktivitas di sekitar jaringan jalan, maka pemanfaatan lahan menjadi lebih efisien, mengurangi bangkitan perjalanan yang tidak memerlukan kendaraan, dan meningkatkan nilai ekonomi lahan

Rencana

Program

Berdasarkan rencana yang ada tersebut, kemudian dirumuskan 8 program, yaitu :

  1. Program Pengembangan Kawasan Strategis Koridor Komersial

  2. Program  Pengembangan Kawasan Strategis Perikanan

  3. Program  Pengembangan Lingkungan Industri Kecil

  4. Program  Penyelenggaraan Jalan

  5. Program  Penyediaan dan Peningkatan Sarana Perkotaan

  6. Program  Pengembangan Perumahan

  7. Program  Penyuluhan Pertanian

  8. Program Pengelolaan Sistem Pertanian Berkelanjutan

bottom of page